21 Desember 2011

I'm come back :)

lalalalaaaaaaaaaaa~ lamanya gk posting. bersihin sarang laba-laba dulu. hohoho. kangeeen ngeblog lagi. kangen nulis2. kangen tukeran link, masi jaman gak yaaa. nyam-nyam.

05 Juni 2009

Perubahan

Pagi ini, lagi-lagi aku telat bangun. Dengan masih setengah terpejam, aku berjalan gontai menuju kamar mandi. Hooooaaaaaaaammm.... tidurku semalam dipenuhi mimpi-mimpi yang tak jelas. Gambar-gambar tanpa suara, kilasan-kilasan cahaya, sampai flash back yang membingungkan. Hufth...

”Tyaaaaaaaaaa! Udah jam berapa nih? Masak sudah besar masih aja harus dibangunin sih?” suara mamaku yang nyaringnya sampai ke ujung komplek itu membawaku kembali ke alam sadar.

”Iya... iya... ma.... hemmm,” jawabku tak jelas. Pyuh... pagi-pagi udah diomelin. Cepat-cepat aku ke kamar mandi. Huuuuh... Aku paling benci diomelin. Merusak mood ajah.

Hufth... lagi-lagi aku musti melancarkan jurus mandi 5 menitku yang berharga. Ilmu sakti yang diberikan secara turun temurun selama beberapa generasi. Hahaha, tawaku dalam hati.

Setelah mandi, aku langsung sarapan pagi. Benar-benar pagi yang sangat biasa. Padahal, aku sudah telat! Maunya sih, pergi tanpa sarapan. Tapi, apa daya ingin tak sampai. Si mama, takkan rela membiarkan anaknya sekolah tanpa makan. Peraturan yang aneh...

Hufth.... lagi-lagi aku menghela nafas. Wew! Padahal masih pagi, tapi aku kayaknya sudah menghela napas berpuluh-puluh kali. Layaknya diberikan beban berton-ton di pundak. Padahal, hal-hal yang kukerjakan hanyalah hal-hal remeh seperti biasanya. Apa sih, yang kulakukan? Tauk ah, pagi-pagi malas mikir!

Sekarang aku sudah ada di depan sekolah. Aku berhenti sejenak untuk menghela napas *lagi* dan memandangi gedung didepanku. Biasa saja, pikirku. Tak ada yang aneh, tak ada yang istimewa.

SEMUANYA BIASA-BIASA SAJA

ARRGGHHH!!!! @$%#

AKU BOSAAAAAAAAAAAANNNNNN!!!!

Setelah puas berteriak dalam hati, aku pun melangkahkan kaki menuju kelas. Tentunya, dengan menghela napas terlebih dahulu. Tak lama, bel berdentang menandakan pelajaran akan segera dimulai. Seperti biasa, mendengarkan lagu kebangsaan, doa bersama, dan ceramah membangun motivasi dari wai kelas.

Ngantuk! Pelajaran dimulai seperti biasa... mendengarkan guru menjelaskan, ngerjain tugas, begosip sama teman, pokoknya melakukan hal-hal yang semestinya-lah.

”Tetttt... tetttt...tetttt...” bel istirahat berbunyi. Hal yang ditunggu oleh seluruh siswa. Termasuk aku tentunya!

”Ayo makaaaaaaannnnnn,” teriakku bersemangat. Berharap akan terjadi sesuatu yang sedikit ’berbeda’.

Sayang, harapan tinggallah harapan. Tak ada yang terjadi. Makanan di kantin pun, itu-itu aja. Yahhh... kecewa deh. Padahal aku kan juga pengen sesekali mengalami hal-hal yang sedikit berbeda dari biasanya. Bukan kehidupan yang monoton seperti ini. Lagi-lagi aku mengeluh dalam hati.

Setelah melewati hari yang melelahkan di sekolah, aku pulang kerumah. Seperti biasa, pulang sekolah langsung makan siang, nonton, santai-santai, mandi, solat, makan malam, ’belajar’ *siapin buku*, dan hal-hal remeh temeh lainnya.
Hufth... Kenapa sih??? Tanyaku dalam hati tanpa bermaksud menjawabnya. Tapi, otakku yang tak mampu ini berusaha untuk menjawabnya dan malahan mengeluarkan jawaban yang terasa sangat abstrak. Seperti memecahkan sudoku. Tapi, bukankah kehidupan adalah teka-teki terumit yang diciptakan oleh semesta? Hemm... Mungkin juga yah, pikirku sambil mengangguk-anggukkan kepala. Kalau ada orang yang memperhatikanku saat ini, mungkin aku dikira orang gila. Ngangguk-ngangguk sendiri, cengar-cengir, mukul-mukul meja, ngeringis sendiri, sampe’ menggelengkan kepala layaknya orang depresi.

Aku asik bermain dengan pikiranku sendiri. Memikirkan berbagai solusi, beberapa kemungkinan, dan memperdebatkannya di otakku. Rasanya, seperti berusaha untuk memecahkan labirin waktu. Dimana tak diketahui kapan awal dan akhirnya.

Apa sih, yang membuatku sedemikian bosannya? Hemm... Setelah mengalami proses pemikiran yang sedemikian lamanya, akhirnya aku mendapatkan bebberapa kemungkinan. Pertama, aku belum menginginkan sesuatu yang sangat kuinginkan. ’Sesuatu’ itu, secara pasti belum kuketahui. Yang jelas ada dan pasti. Kemungkinan kedua, aku kurang bersemangat dalam menjalani hidup. Nah, tugasku sekarang ini adalah mencari ’hal’ yang membuatku bersemangat itu. Hal terakhir yang terpikirkan otakku adalah mungkin ada yang salah dari caraku memandang kehidupan.

Okeh, sekarang aku akan terus mancari dan mencari hal-hal yang akan ’kucari’ mulai sekarang. Hufth... Kurasa aku sudah mulai mendapatkan hal ’berbeda’ yang kumaksud.


***

Jaka Tarub versi aku

Jaka Tarub pergi ke hutan untuk berburu dan mencari kayu bakar. Ketika ia sedang mengintai hewan buruannya, tak sengaja ia mendengar suara riuh rendah gadis-gadis bercanda. Jaka Tarub ketakutan. Dengan hati-hati ia mendatangi sumber suara. Alangkah terkejutnya Jaka Tarub! Di hadapannya tampaklah 7 gadis cantik sedang mandi dan bercanda deengan gembiranya di telaga yang jernih.

Tak jauh dari tempat dimana Jaka Tarub mengintip 7 gadis cantik itu, tergeletak 7 selendang yang indah dengan warna-warna yang indah pula. Jaka Tarub penasaran. Perlahan-lahan ia mendekati selendang tersebut. Jaka tarub mengambil ketujuh selendang itu. Entah ide apa yang melintas di kepala Jaka Tarub. Ia segera berlari menuju kerumahnya dan menitipkan selendang-selendang itu kepada Mak Rhos.

Sementara di hutan, para bidadari masih asik bercengkrama. Pada saat petang tiba, saat dimana mereka harus kembali ke khayangan, alangkah terkejutnya mereka! Selendang-selandang mereka telah lenyap.Tanpa selendang-selendang itu, mereka tidak bisa kembali ke khayangan. Dengan panik, mereka mencari dan terus mencari... Tapi, hasilnya tetap nihil.

Dengan putus asa, mereka masuk ke area pedesaan dan berpencar ke segala arah. Dengan bermodalkan kecantikan dan kepintaran mereka, tentu tak sulit mencari pekerjaan. Ada yang menjadi pelayan warung kelontong, warung makan, tukang jamu, dll. Merekapun akhirnya mencoba untuk membiasakan diri menjadi layaknya manusia biasa.

Ada seorang pria yang menarik perhatian dan membuat mereka penasaran. Pria itu tidak pernah tertarik oleh kecantikan mereka. Padahal, baru beberapa bulan tinggal di desa itu, mereka telah menjadi kembang desa. Bahkan, pemuda-pemuda dari desa seberang tak jarang sengaja datang untuk melamar salah satu dari mereka. Tapi, kenapa pria itu tak pernah melirik salah satu dari mereka??? Siapakah pria itu? Ternyata, Pria itu adalah Jaka Tarub. Orang yang tanpa sepengetahuan mereka, adalah si penyebab dari segala bencana mereka.

Hingga beberapa bulan kemudian, Jaka Tarub menanyakan perihal selendang-selendang itu kepada Mak Rhos. Ia meminta kepada Mak Rhos untuk membuatkan gaun dengan menggunakan selendang-selendang yang pernah ia titipkan dulu. Jaka Tarub selama ini ternyata diam-diam mencintai seorang gadis. Ia ingin melamarnya dan memberikan gaun itu di tengah acara adat yang setiap tahun selalu diadakan. Di depan semua orang, ia akan tunjukkan siapa gadis yang dipujanya. Ia yakin, dengan ketampanannya ia tak mungkin ditolak. Gaun yang dibuatkan oleh Mak Rhos sangat indah. Perpaduan dari ketujuh selendang yang berbeda warnanya itu, membuat gaun itu berkilau tertimpa cahaya. merah, jingga, kuning, hijau, biru, nilla, dan ungu adalah perpaduan yang sangat kontras yang tak disangka, menjadikan gaun itu terlihat tidak biasa.

Setiba waktu acara adat, ditengah keramaian, Jaka Tarub berteriak memanggil sebuah nama. Semua mata tertuju kepadanya. Lalu, seorang gadis yang diteriaki namanya mendatangi Jaka Tarub. Ia adalah Ayu, seorang gadis yang biasa-biasa saja. Para bidadari tidak menyangka, bahwa gadis seperti itu yang dipilih Jaka Tarub. Ternyata tanpa mereka sadari, rasa penasaran mereka telah berubah menjadi cinta. Merekapun menjadi murka. Apalagi, saat melihat gaun yang diberikan kepada Ayu adalah potongan dari selendang-selendang mereka. Rasa benci dan cinta membakar hati mereka.
Ayu yang tidak tau apa-apa, terbang ke angkasa setelah mengenakan gaun itu.

Sebelumnya, Ayu meminta maaf kapada Jaka Tarub, karena ia idak bisa menerima cintanya dan pergi meninggalkan Jaka Tarub. Jaka Tarub terpuruk oleh kekecewaan. Sedangkan para bidadari, dengan sisa kekuatan yang mereka punya, mengutuk Jaka tarub agar terbunuh karena air matanya. Gerimis pun mengiringi kepergian Jaka Tarub sebagai cerminan perasaannya. Dan raga para bidadari itu menghilang karena mereka telah menggunakan sisa kekuatan mereka. Raga para bidadari yang menghilang itu berubah menjadi pelangi yang sangat indah untuk menghentikan gerimis.

Itulah sebabnya, setiap berhentinya gerimis akan disambut oleh kemunculan pelangi. Mejikuhibiniu: MErah, JIngga, KUning, HIjau, BIru, NIla, dan UNgu.



This Mix is designed by sukkiang